Kewirausahaan Pengolahan Makanan Awetan Nabati Prakarya Kelas 10
Rangkuman Materi Kewirausahaan Pengolahan Makanan Awetan Nabati Prakarya SMA Kelas 10 - Mempelajari perencanaan usaha makanan, sistem pengolahan makanan, perhitungan biaya, pemasaran langsung, dan kegiatan usaha makanan awetan dari bahan nabati.
Makanan awetan dari bahan nabati adalah makanan yang awet yang berasal dari bahan baku tumbuh-tumbuhan, misalnya sayur-sayuran dan buah.
Makanan awetan dari bahan nabati, baik makanan atau minuman yang diproduksi di suatu daerah, merupakan identitas daerah tersebut, dan menjadi pembeda dengan daerah lainnya.
Berbagai makanan awetan dari bahan nabati di berbagai daerah di Indonesia menjadi ciri khas daerah tersebut.
Wirausaha di bidang ini dapat menjadi pilihan yang sangat tepat karena kita lebih banyak mengenal produk makanan awetan daerah kita daripada daerah lainnya.
Cari di sini : |
---|
Materi Pelajaran SMP/MTs dan SMA/SMK Buka |
Kumpulan Soal SMP/MTs dan SMA/SMK Buka |
Download Buku Pelajaran Buka/Unduh |
Download Modul Ajar Buka/Unduh |
A. Perencanaan Usaha Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati
Makanan awetan dari bahan nabati adalah makanan yang dibuat dari SDA nabati, yang sudah melalui proses pengolahan yang tepat sesuai dan dikemas dengan baik, baik menggunakan pengawet (sesuai kriteria BPOM) maupun tidak sehingga mempunyai umur simpan yang lebih panjang.
Makanan awetan berbahan dasar nabati yang saat ini beredar sudah cukup banyak, tetapi masih dapat dikembangkan lebih lanjut, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, juga untuk dijual ke daerah lain dan/atau wisatawan/pendatang.
Beberapa terobosan dapat dilakukan untuk mengangkat citra dan cita rasa makanan awetan tersebut.
Upaya terobosan tersebut diharapkan dapat membuka peluang makanan awetan berbahan dasar nabati tersebut untuk didistribusikan ke daerah lain dan diekspor.
Hal tersebut akan menjadi promosi yang positif untuk meningkatkan nilai jual makanan awetan berbahan dasar nabati dan pengembangan pariwisata daerah.
Alasan wirausaha makanan awetan dari bahan nabati:
- Produknya sangat bervariasi
- Bahan baku mudah didapat
- Teknologi pengolahan cukup sederhana dan dapat dipelajari
- Investasi alat dan mesin dapat disesuaikan dengan dana yang tersedia
- Pilihan kemasan sangat beragam dan mudah didapat
- Pasar sangat terbuka lebar
Kreativitas dibutuhkan dalam pengembangan wirausaha makanan awetan dari bahan nabati agar cita rasa lebih bervariasi, penampilan produk lebih menarik, produk lebih awet serta upaya promosi dan sosialisasi yang lebih ditingkatkan.
Pengembangan makanan awetan dari bahan dasar nabati dapat dilakukan dengan memodifikasi cara pengolahan dan pengemasan. Modifikasi dapat memanfaatkan metode produksi dan teknologi baru.
Download Rangkuman Materi Pelajaran Tingkat SMP dan SMA |
---|
Buka/Unduh
B. Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati
Produk makanan awetan adalah produk makanan dan minuman yang sudah mengalami proses pengolahan sehingga mempunyai keawetan yang lebih tinggi.
Makanan dapat dibagi menjadi makanan kering dan makanan basah.
Produk makanan dapat juga dikelompokkan menjadi makanan jadi dan makanan setengah jadi.
- Makanan jadi adalah makanan yang dapat langsung disajikan dan dimakan.
- Makanan setengah jadi membutuhkan proses untuk mematangkannya sebelum siap untuk disajikan dan dimakan.
Makanan kering khas daerah yang dapat langsung dimakan
Contoh: keripik balado dari daerah Sumatera Barat dan kuku macan dari Kalimantan Timur.
Makanan kering khas daerah yang tidak dapat langsung dimakan
Contoh: kerupuk udang sidoarjo dan dendeng sapi aceh.
Menurut bahan baku utamanya, makanan khas daerah dikelompokkan pada makanan khas daerah yang berbahan nabati dan berbahan hewani.
Cara pengolahan makanan awetan dari bahan nabati pada umumnya cukup sederhana dengan menggunakan metode dan alat yang sederhana pula.
Bahan baku yang digunakan diharapkan juga adalah bahan baku lokal yang mudah didapatkan di lingkungan sekitarnya.
Sebagai contoh makanan awetan dari bahan nabati adalah minuman lidah buaya.
Pengolahan Produk Minuman dari Lidah Buaya
Minuman lidah buaya sangat baik untuk kesehatan, mempunyai kalori yang sangat rendah (4 kal/100 g gel) sehingga sangat sesuai untuk program diet.
Di Kalimantan Barat, lidah buaya sudah diolah dalam berbagai bentuk makanan dan minuman seperti jus, koktail, gel lidah buaya dalam sirup, selai, jeli, dodol, dan manisan.
Untuk memperpanjang umur simpannya, telah dilakukan pula penelitian pembuatan tepung lidah buaya dengan penambahan bahan pengisi.
Lidah buaya bisa digunakan sebagai bahan baku untuk minuman dalam kemasan.
Bahan membuat minuman lidah buaya kemasan
- lidah buaya segar,
- gula,
- asam sitrat
- penguat rasa (flavor).
Alat-alat membuat minuman lidah buaya kemasan
- pengemas cup,
- pisau,
- talenan,
- baskom,
- panci stainless steel (pengganti tangki pencampuran dan tangki pasteurisasi),
- kompor,
- filling sealing machine (boleh menggunakan yang manual,
- literan,
- timbangan,
- pH meter,
- refraktometer,
- dan lain-lain.
Proses Produksi Minuman Lidah Buaya
- Lidah buaya yang akan digunakan, diseset kulitnya, kemudian dipotong dan dicuci.
- Lakukan pencucian menggunakan air hangat untuk menghilangkan lendir.
- Jika masih tersisa lendir, bisa dilakukan perendaman dalam air kapur. Selanjutnya, potongan lidah buaya dimasukkan ke dalam kemasan.
- Potongan lidah buaya dan sirupnya dimasukkan ke dalam kemasan dengan perbandingan tertentu.
- Proses pengisian ini harus memperhatikan keseragamannya, jumlah padatan (lidah buaya) dan cairan (sirup).
- Keseragaman ini sangat penting untuk pencapaian proses panas yang optimal bagi keseluruhan produk.
- Jika pada pengisian ini tidak baik, panas yang diterima produk dalam tiap kemasan akan berbeda.
- Pada proses pengisian, sirup harus dalam keadaan panas untuk menciptakan kondisi hot filling.
- Kemasan yang telah terisi harus segera ditutup untuk menghindari kontaminasi.
- Setelah itu, dilakukan pasteurisasi pada suhu 65 o C selama 55 menit.
- Untuk menghindari over cooking dan memberikan shock thermal pada bakteri termofilik, produk yang telah dipasteurisasi didinginkan dengan air mengalir sampai mencapai suhu 40 o C.
- Setelah dilakukan proses pendinginan, dan diangin-anginkan (agar airnya kering), dilakukan pemberian label, setelah itu dikemas ke dalam karton.
- Kemudian, sebelum dipasarkan, dilakukan inkubasi 2-3 hari, untuk melihat kestabilan mutu produk tersebut.
- Pada karton, ditulis saran cara penanganan produk tersebut, yaitu harus disimpan di suhu sejuk, tidak boleh terkena sinar matahari langsung, tidak boleh langsung berhubungan dengan lantai/ dinding, dan batas maksimum penumpukan karton adalah 10 karton.
C. Perhitungan Biaya Makanan Awetan dari Bahan Nabati
Perhitungan biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya.
Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll), serta biaya tidak tetap (bahan baku, tenaga kerja dan overhead).
Bahan baku dapat terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan kemasan.
Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku.
Biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pemilik usaha atau kesepakatan dalam kelompok kerja.
Biaya produksi menentukan harga jual produk. Penentuan harga jual juga harus mempertimbangkan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi.
Pengolahan produk kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja.
Biaya modal kerja ini akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan.
Titik impas (Break Even Point) adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali.
Setelah mencapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan.
Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain di luar produksi seperti biaya distribusi dan promosi.
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi barang.
Unsur biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead dibedakan atas biaya overhead tetap, yaitu biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksinya berubah dan biaya overhead variabel, yaitu biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan jumlah produksi.
Biaya yang termasuk ke dalam overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi.
Biaya pembelian bahan bakar minyak, sabun pembersih untuk membersihkan bahan baku, benang, jarum, lem dan bahan bahan lainnya dapat dimasukan ke dalam biaya overhead.
Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi (HPP).
Contoh Perhitungan Harga Untuk Minuman Lidah Buaya
Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi 240 gram lidah buaya (buah dan kuah).
1. Investasi Alat dan Mesin
2. Biaya Tidak tetap (Variabel)
Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi.
Jadi, sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan.
Biaya Tidak Tetap Lidah buaya
3. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya.
Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya.
Biaya Tetap Lidah buaya
4. Total Biaya
Total biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah
Total biaya
- = Biaya variabel + Biaya tetap
- = Rp 1.039.750 + Rp 369.200
- = Rp 1.408.950
5. Harga Pokok Produksi (HPP)
Harga Pokok Produksi (HPP) adalah harga pokok dari suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, produsen tidak untung dan juga tidak rugi.
HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil.
Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah
Total Biaya / Jumlah produksi
Rp 1. 408.950,- / 500 = Rp. 2.818,-
6. Harga Jual
Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk mendapatkan produk tersebut.
Harga jual bisa ditentukan dengan mempertimbangkan HPP dan juga produk pesaing.
Harga jual ini meliputi harga dari pabrik dan harga konsumen.
Harga dari pabrik tentu lebih murah karena saluran distribusi (agen, toko, counter, dll) tentu juga harus mendapatkan keuntungan.
Pada produk lidah buaya dalam kemasan mangkok ini, melihat HPP-nya yaitu Rp2.818,- dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar Rp5.000,- sampai Rp7.000,-, ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp 4.000,- (pada Tabel 4), dengan harapan di tingkat konsumen, harganya adalah Rp 4.500,- sampai Rp 6.000,
Harga jual lidah buaya
7. Penerimaan Kotor
Penerimaan kotor adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong total biaya.
Penerimaan Kotor Lidah Buaya
8. Pendapatan Bersih (Laba)
Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, setelah dipotong total biaya.
Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan bersih adalah:
Pendapatan Bersih
- = Penerimaan kotor – Total biaya
- = Rp2.000.000 – Rp1.408.950
- = Rp591.050
Jadi perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba/keuntungan sebesar Rp 591.050,- (lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah).
D. Pemasaran Langsung Makanan Awetan dari Bahan Nabati
Sistem pemasaran langsung ialah sistem pemasaran tanpa menggunakan perantara.
Penjualan langsung juga terbagi menjadi beberapa jenis, misalnya penjualan dengan mempunyai outlet sendiri, atau sistem penjajaan langsung pada konsumen.
Pemilihan sistem pemasaran yang tepat, menjadi salah satu penentu keberhasilan dari penerimaan produk tersebut di tangan konsumen.
Salah satu ujung tombak pemasaran adalah promosi. Berbagai media promosi bisa digunakan untuk membantu meningkatkan pemasaran dari produk Budi daya Tanaman Pangan.
Media yang bisa digunakan untuk memasarkan produk, tentu disesuaikan dengan kapasitas produksi yang sudah dibuat.
Contoh Pemasaran Langsung:
- Tahap pertama dimulai dengan yang kecil, kenalkan lidah buaya kepada teman teman dekat, teman sekolah, tetangga di sekitar komplek, atau teman bermain. Berilah sedikit tes produk agar mereka bisa mencicipi produk buah buatan Anda supaya mereka tertarik membeli.
- Bila produk mulai bisa di terima dan banyak penggemar, mulailah merambah pasar baru dengan menitipkannya di warung, di toko, atau di kantin sekolah
- Manfaatkanlah teknologi internet dan social network seperti facebook dan twiter sebagai sarana penjualan yang lain. Perbanyaklah teman dan follower, untuk memperluas pemasaran. Bisa juga dengan membuat blog gratis atau website yang berbayar dengan relatif terjangkau harganya.
- Gunakan penjualan yang kreatif yang hanya sedikit orang menjalaninya. Sebagai contoh bisa memanfaatkan munculnya fenomena “pasar kaget” di hampir setiap kota di Indonesia, juga saat ada momen “Car free day”, atau pada kesempatan lainnya.
0 Response to "Kewirausahaan Pengolahan Makanan Awetan Nabati Prakarya Kelas 10"
New comments are not allowed.