Analisis Nilai Pendidikan Karakter pada Novel Lampau Karya Sandi Firly
Friday, February 19, 2021
Edit
Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada Novel Lampau Karya Sandi Firly - Karya Ilmiah : Anang Famuji, 2016.
Cari di sini : |
---|
Materi Pelajaran SMP/MTs dan SMA/SMK Buka |
Kumpulan Soal SMP/MTs dan SMA/SMK Buka |
Download Buku Pelajaran Buka/Unduh |
Download Modul Ajar Buka/Unduh |
A. Religius
Dalam kehidupan nyata seorang manusia dapat mempunyai berbagai macam sikap dan prilaku, bahkan mempunyai sikap baik buruk atau religius. Di sini akan disajikan tentang berbagai sikap dan prilaku para tokoh terutama tokoh utama, sikap relegius tokoh Ayuh dalam novel Lampau karya Sandi Firly.
Ayuh seorang anak yang terlahir dari seorang Uli Idang, Balian Tuha. Awalnya ia adalah orang yang mempunyai kepercayaan animisme seperti Ibunya dan warga Malaris pada umumnya. Ketika ia melanjutkan di pondok pesantren Darul Ilmi maka disitulah ia mulai bersentuhan dengan dunia Islam. Disanalah ia mulai diganti namanya menjadi Muhammad Sandayuhan agar terkesan islami selain itu, ia juga tak segan untuk belajar ayat Alquran pada temannya satu pondok Ariz. Baru pada saat ia menjadi penjaga masjid dengan Pak Salam, ia memutuskan untuk membaca sahadat dan kemudian hidup dengan agama Islam secara taat. Berikut merupakan kutipan yang terdapat dalam novel.
““Aku terlahir dari seorang Uli Idang, BalianTuha, dukun yang namanya membuat gentar segenap hantu di hutan larangan Meratus, semua ilmu kesaktian merapat ke dirinya, meminta untuk dipinang. Setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah sabda yang sanggup mengguncang rumpun-rumpun bambu, menghentikan angin-angin kencang yang berhembus, lalu mengubahnya menjadi desiran lembut.”
(Lampau:1)
“Dengan kesabaran yang mengagumkan, setiap usai shalat Magrib secara telaten aku diperkenalkan dengan huruf-huruf Arab yang begitu asing sebelumnya.”
(Lampau:205)
“Akhirnya aku utarakan niatku memeluk Islam kepada pak Salam. Beliau juga mengerti dengan penjelasanku, bahwa selama ini aku memang shalat dan berpuasa,tetapi belum pernah menyatakan bersaksi dan disaksikan langsung mengucapkan kalimah syahadat.”
(Lampau:260)
Dari kutipan di atas, tergambar dengan jelas sikap religius tokoh ayuh. Dalam perjalanan hidupnya yang penuh dengan perjuangan dan cobaan ia mampu menemukan keyakinannya. Ia memeluk Islam dengan membaca kalimah syahadat setelah perjalan panjangnya berdamping dengan masyarakat yang beragama Islam.
B. Jujur
Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Dalam ajaran Islam merupakan karakter yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia. Seseorang yang jujur bukan hanya berbicara apa adanya dan dapat dipercaya tetapi juga berani mengakui kesalahan dan menerimka kekalahan.
Di pondok pesantren Ayuh beberapa kali mengalami fitnah oleh Hendy, salah satunya saat Ayuh dituduh melukai Hendy sampai babak belur padahal Ayuh tidak tahu sama sekali. Ayuh pun menjawab semua tuduhan pada dirinya dengan jujur. Hal tersebut dapat digambarkan pada kutipan berikut ini.
“Tapi saya tidak melakukan apa-apa terhadap Hendy, Ustaz..,” kataku agak kencang. Aku sungguh tidak bisa menerima tuduhan itu.”
(Lampau:14)
“Tidak benar, Ustaz,” kataku keras. “saat saya pulang, Hendy tidak ada di pondok,” Aku hampir saja hendak berdiri menghampiri Hendy. Namun kurasa tangan Ariz menahan tanganku.”
(Lampau:215)
Pada kutipan di atas, tergambar jelas bahwa kejujuran dipegang teguh oleh tokoh Sandayuhan saat menghadapi fitnah yang dialamatkan kepadanya. Tokoh Sandayuhan memberikan contoh bahwa sepahit apapun fitnah yang kita hadapi jika memang fitnah itu tidak benar maka katakanlah, hadapilah fitnah itu dengan berkata jujur apa adanya.
Download Kumpulan Referensi |
---|
Buka/Unduh
C. Toleransi
Toleransi merupakan sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Sikap toleransi dewasa ini sangat penting untuk diterapkan oleh setiap orang mengingat banyaknya keberagaman yang ada di era demokrasi saat ini.
Dari kecil di sekolah dasar Ayuh sudah dihadapkan pada keberagaman agama yang dianut oleh teman-teman satu kelasnya dan masyarakat malaris. Setidaknya ada tiga agama yang dianut masyarakat malaris yaitu agama Islam, Kristen, dan Kaharingan sehingga nilai toleransi sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
“Satu kali aku malas keluar kelas, dan tetap duduk dibelakang mejaku mendengarkan guru agama islam mengajar di depan kelas.”
(Lampau:130)
“Selanjutnya, aku memperhatikan kawan-kawan muslimku belajar berwudhu dan sembahyang. Menghafal bacaan-bacaan sembahyang. Belajar mengangkat tangan, takbir, hingga sujud. Mereka terlihat sangat mencintai agamanya. Ada ketaatan dan kepatuhan saat belajar sembahyang.”
(Lampau:131)
Dari kutipan di atas, tergambar jelas bahwa Ayuh memiliki nilai toleransi terhadap pemeluk agama lain. Ia sama sekali tidak terganggu dan mengganggu saat teman-temannya yang beragama Islam sedang belajar agama Islam di kelas. Justru ia memperhatikan teman-temannya yang sedang praktik wudhu, sembahyang dan menghafal doa-doa sembahyang dan ia juga menyimpulkan bahwa teman-temannya sangat mencitai agamanya.
D. Gemar Membaca
Gemar membaca adalah kegiatan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaanyang memberikan kebajikan bagi dirinya. Budaya minat membaca perlu lebih ditingkatkan lagi demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan membangun karakter bangsa melalui kegiatan membaca. Dalam novel Lampau karya Sandi Firly terdapat tindakan gemar membaca yang dilakukan oleh Ayuh. Gemar membaca dapat membangun karakter bangsa dengan membaca seseorang dapat mengetahui berbagai macam informasi segingga dengan bacaan yang mereka baca dapat mempengaruhi karakter seseorang.
Dalam kutipan berikut dapat dijadikan sebagai motivasi peserta didik untuk gemar membaca. Karena membaca merupakan jendela dunia. Dengan membaca kita dapat menulis berbagai karya ilmiah. Berikut merupakan kutipan yang terdapat dalam novel Lampau karya Sandi Firly.
“Sisanya saat tengah hari dan waktu malam, aku lebih banyak membaca buku dan menulis catatan-catatan.”
(Lampau:198)
“Satu-satunya yang membuatku terhibur berada di Jakarta ini adalah sebuah “gudang buku” yang kapan saja bisa aku datangi dan membaca disana sepuas-puasnya.”
(Lampau:249)
Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa Ayuh adalah orang yang gemar membaca. Sudah sejak kecil ia gemar membaca buku terutama novel-novel yang ada di rumah Amang Dulalin dan merupakan peningalan ayahnya. Kegemarannya membaca berlanjut hingga ia melanjutkan sekolah di pondok pesantren Darul Ilmi dan kemudian merantau di Jakarta. Dari kegemaran Ayuh membaca, Ayuh menjadi sering menulis catatan-catatan perjalannanya dari hari ke hari yang nantinya sangat berguna baginya.
E. Kerja Keras
Kerja keras merupakan perilaku sungguh-sungguh dalam menghadapi berbagai hambatan dalam segala hal.Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Berikut ini nilai kerja keras yang ada dalam novel Lampau karya Sandi Firly.
“Dengan sigap aku mengambil batu kapur dan mengganti gambar sepatu dengan sandal. Selanjutnya, dengan senyum lebar aku berbalik menghadap teman-teman di kelas. Aku lepaskan sepasang sendalku dan menaruhnya ditengah-tengah depan kelas.”
(Lampau:29)
“Sebentar aku jongkok, dan mengamati kaki-kaki temanku. Akhirnya aku menemukan dua pasang kaki bersandal jepit. Sepasang di kaki anang, anak keturunan Banjar. Dan, sepasang lagi milik Hamzah, murid berbadan paling gemuk dan rupanya agak bermasalah dengan kebersihan kuku kaki.”
(Lampau:29)
Dari kutipan di atas, dijelaskan bahwa Ayuh begitu begitu bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya walaupun terlihat sangat sulit bagi dirinya. Namun dengan kerja keras pantang menyerah dan dengan berbagai cara ia gunakan untuk menjawab tugas tersebut. Akhirnya ia berhasil mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya dengan benar setelah bekerja keras dengan berbagai cara. Tokoh Sandayuhan mengajarkan kepada kita bahwa sesuatu yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh, bekerja keras maka aka nada hasilnya.
F. Kreatif
Kreatif merupakan daya cipta atau mempunyai kemampuan untuk menciptakan, mengarang, mendesain, merubah segala sesuatu sehingga menjadi lebih baik. Dalam novelLampau karya Sandi Firly seorang tokoh utama yaitu Ayuh yang mempunyai kreatifitas menyusun catatan-catatanya menjadi sebuah cerita.
“Pelan-pelan, aku mulai menyusun catatan-catatanku, membentuknya menjadi sebuah cerita. Karena aku berniat menjadikannya sebuah novel, dibeberapa bagian ku tambahkan karangan dari khayalanku sendiri. Semua kusalin dan kucatat pada lembaran-lembaran kertas putih dengan tulisan yang lebih baik dan mudah dibaca, karena nantinya harus diketik ulang.”
(Lampau: 261)
Pada kutipan di atas, tergambar jelas bahwa Ayuh sangat kreatif menyusun catatannya menjadi sebuah cerita, kemudian menulis ulang agar lebih baik dengan menambahkan tulisan-tulisan lain hasil khayalannya. Hasilnya akan diketik ulang menjadi sebuah novel.
G. Peduli
Peduli merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Di bawah ini disajikan data yang berisi nilai kepedulian pada novel Lampau karya Sandi Firly sebagai berikut.
“Ketika itulah seseorang, yang kini bersamaku di kereta menuju Jakarta, menghampiri dan menawarkan sebotol air mineral. Meski lemah, aku berusaha duduk, menyandarkan badan di dinding kapal. Ku tenggak setengah isi botol itu. Tubuhku yang semula seperti lading tandus, perlahan terasa seperti mendapat aliran air. Walau masih lemah, setidaknya, kesadaranku berangsur pulih. Dia lalu menawarkan roti, hanya sedikit yang bisa ku makan karena perutku berasa tak nyaman”. (Lampau:238)
Dari kutipan di atas, Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Barli merupakan orang yang peduli. Hal ini dapat di lihat dalam penggalan kutipan berikut, “Ketika itulah seseorang, yang kini bersamaku di kereta menuju Jakarta, menghampiri dan menawarkan sebotol air mineral,” dalam penggalan kutipan tersebut dijelaskan bahwa Barli peduli terhadap Ayuh dengan memberikan sebotol air mineral. Walau hanya sebotol air mineral namun itu sangat berarti bagi Ayuh.
Melihat Ayuh yang masih lemah, kemudian Barli memberikan roti pada Ayuh. Hal tersebut dapat dilihat pada penggalan kutipan berikut, “Dia lalu menawarkan roti, hanya sedikit yang bisa ku makan karena perutku berasa tak nyaman”. Pada penggalan tersebut kepedulian Barli berlanjut dengan memberikan Ayuh roti sebagai pengisi perut yang kosong.
Berdasarkan kedua kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Barli adalah orang yang mempunyai nilai pendidikan karakter kepedulian terhadap sesam manusia, walaupun Sebenarnya Barli sama sekali belum mengenal Ayuh itu siapa.
H. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban-nya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Di bawah ini disajikan data berisi nilai tanggung jawab yang terdapat dalam novel Lampau sebagai berikut.
“Ibu tunggu disini, jangan kemana-mana. Sya akan mengambil barang yang diangkut Pak Tua,” kataku setelah meletakan barang di lantai.”
(Lampau:231)
Dari kutipan di atas, tergambar dengan jelas bahwa ayuh memiliki nilai tanggung jawab yang besar. Ia bersedia turun ke dermaga untuk mengambilkan barang penumpang yang tertinggal dibawa oleh Pak tua.
Nilai pendidikan karakter tanggung jawab juga dimiliki oleh Amang Dulalin ketika Tuma tenggelam dalam sungai Amandit. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut.
“Seketika, Amang Dulalin melepaskan pananjak dan mendekati kami di buritan. Septa telah berdiri di atas lanting. “Tadi dia di belakangku,” ucap septa mulai gugup.
“Tumaaa….,” teriak Amang Dulalin ke tengah sungai.
Kami mulai panic.
“Tuma…., Tumaaa….,” panggil kami bergantian.
Sungai tetap sepi. Tenang.
Amang Dulalin melompat, dan berenang kea rah tempat Tuma terakhir terlihat.”
(Lampau:103)
Dari kutipan di atas, tergambar dengan jelas terjadi kepanikan yang luar biasa. Namun, Amang Dulalin merasa sebagai seorang yang mengajak Ayuh, Septa, dan Tuma akhirnya, ia pun bertanggung jawab dengan mencebur ke sungai mencari Tuma.
Dari kedua kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ayuh dan Amang Dulalin melakukan kewajibannya dengan baik sebagai sebuah pertanggungjawaban yang sudah menjadi resikonya. Sifat tanggung jawab yang dimiliki Ayuh dan Amang Dulalin dapat dijadikan sebagai contoh kecil nilai tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.
I. Disiplin
Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Ayuh merupakan orang yang disiplin dalam beribadah. Di bawah disajikan data berisi nilai kedisplinan pada novel Lampau sebagai berikut.
“Sayup-sayup terdengar suara azan magrib. Aku meminta izin kepada Amang Dulalin untuk membersihkan diri. Usai halat, aku kembali menemui Amang Dulalin. Kini kami duduk di beranda.”
(Lampau:299)
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ayuh adalah seorang muslim yang taat dan disiplin dalam menjalankan perintah agamanya yaitu shalat lima waktu. Ia bergegas membersihkan diri dan shalat magrib ketia sayup-sayup ia mendengar suara azan magrib.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan sikap dan tindakan tokoh Sandayuhan yang memiliki sifat religius, jujur, toleransi, kreatif, gemar membaca, kerja keras, bertanggung jawab, disiplin, dan peduli merupakan bentuk perilaku membangun karakter dengan meningkatkan rasa ingin tahu dan melakukan apa yang telah ia tahu. Di atas banyak pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Lampau yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan karakter bangsa melalui karya sastra.
Analisis Nilai Pendidikan Karakter pada Novel Lampau Karya Sandi Firly